Oleh: Tim Kominfo
DI tengah maraknya tren minuman modern yang terus bermunculan, masyarakat Padang Panjang masih setia menjaga cita rasa tradisi. Salah satunya lewat air niro, minuman khas Minangkabau yang telah diwariskan turun-temurun dari getah pohon aren.
Rasanya yang manis alami dan menyegarkan membuatnya tak hanya sekadar pelepas dahaga, tetapi juga simbol kearifan lokal yang tetap hidup diera kini.
Di berbagai sudut kota, minuman tradisional kini semakin mudah dijumpai. Mulai dari kalikih santan yang dipercaya menambah energi, air daun kacang untuk menjaga kesehatan, hingga es cincau yang memberi efek menyejukkan. Semua menjadi bagian dari kekayaan kuliner lokal yang masih dijaga keberadaannya.
Namun, ada satu minuman yang belakangan menjadi perhatian banyak orang —air niro, atau air nira. Minuman yang berasal dari getah pohon aren (Arenga pinnata) ini dikenal memiliki rasa manis lembut dengan aroma khas yang menenangkan. Selain diminum langsung, air niro juga dipercaya mampu menurunkan kadar gula darah, menjaga daya tahan tubuh, hingga mempercantik kulit.
Menariknya, kini minuman tradisional ini hadir dengan sentuhan baru dari tangan generasi muda. Alam (20), seorang mahasiswa Jurusan Kewirausahaan Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang, menjadi salah satu contoh nyata bagaimana tradisi bisa dikemas secara modern tanpa kehilangan jati diri.Setiap sore sekitar pukul 18.00 WIB, di depan PT Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Pagaruyuang, Padang Panjang tampak sebuah gerobak dorong berwarna hijau dengan desain menarik. Dari gerobak inilah, Alam menjajakan air niro dalam berbagai varian rasa.
“Ini baru pertama kali ada penjualan air niro dengan gerobak di Kota Padang Panjang. Alhamdulillah, respon masyarakat cukup baik karena air niro ini alami, segar, dan menyehatkan,” ujar Alam dengan senyum bangga.
Harga yang ditawarkan pun terjangkau. Hanya dengan Rp10.000 per gelas, masyarakat bisa menikmati kesegaran air niro dengan pilihan rasa original, mix lemon, atau mix jahe. Varian ini membuat air niro semakin diminati, terutama oleh kalangan muda yang biasanya lebih menyukai minuman berkonsep modern.
Bagi Alam, usahanya bukan sekadar mencari keuntungan, tetapi juga upaya melestarikan minuman tradisional agar tetap dikenal generasi sekarang.
Editor : Mangindo KayoSumber : Tim Kominfo