Kisah Mencekam Camat Malalak: "Saya hanya bisa berdoa, Ya Allah, selamatkan keluarga saya"

×

Kisah Mencekam Camat Malalak: "Saya hanya bisa berdoa, Ya Allah, selamatkan keluarga saya"

Bagikan berita
Camat Malalak Ulya Satar saat bersama warga. Dok Istimewa.
Camat Malalak Ulya Satar saat bersama warga. Dok Istimewa.
Daftar Korban Galodo dan Bajir Bandang Kabupaten Agam

Mereka beberapa kali berhenti karena tanah terus bergerak. Longsor kecil berjatuhan tepat di depan langkah mereka. Suara tanah yang merekah terdengar sangat dekat.

“Setiap kali tanah jatuh, dada saya seperti mau pecah. Kami harus menunggu tanah berhenti bergerak sebelum berani melangkah lagi.”

Di Jorong Pauah, sepatu boot Ulya tiba-tiba ditelan lumpur. Ia menarik kakinya sekuat tenaga, tapi lumpur mencengkeramnya. Longsor kecil terdengar dari arah belakang.

“Saya hampir kena longsor. Kalau staf saya tidak menarik saya, mungkin saya sudah tertimbun,” katanya dengan mata berkaca.

Saat itu, ia merasa dirinya bukan lagi seorang camat. Ia hanyalah manusia kecil yang sedang berusaha hidup.

Setelah berjam-jam menyusuri jalur maut, mereka tiba di Hulu Banda sekitar pukul 16.00 sore. Di sana, mereka bertemu Wali Nagari Malalak Selatan yang tengah membawa sepeda motor.

Tanpa banyak waktu, Ulya meminjam motor itu untuk bertiga menuju arah Pariaman lewat Padang Alai. Jalur lain terlalu berisiko karena hujan tak berhenti.

“Saya hanya ingin cepat sampai. Saya ingin memastikan anak-anak saya masih selamat,” ucapnya, menahan getaran suara.

Ia sengaja tidak melalui Tandikek karena daerah itu juga rawan longsor.

Sesampainya di rumah mertua di Kajai, Pariaman Timur, ia akhirnya bisa menghubungi suami. Suaminya pun menjemputnya di Pariaman. Ulya diminta beristirahat karena kakinya luka terkikir selama perjalanan.

Editor : Hamriadi, S. Sos., S. T
Korban Galodo dan Bajir Bandang di Kabupaten Agam Belum Ditemukan
Bagikan

Berita Terkait
Terkini