Sementara mesin jamnya didatangkan langsung dari Eropa tepatnya Jerman.
Namun di Era Jepang, atapnya diubah menjadi bentuk pagoda, yang merupakan bangunan suci khas Jepang,
Barulah pasca kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945, atapnya diubah jadi bagonjong yang merupakan ciri khas bangunan di Sumatera Barat.
Bagi Rang Kurai dan masyarakat Agam, pun Sumatera Barat, Jam Gadang adalah kebanggaan dan juga jati diri mereka.
Setelah sekian lama atau tepatnya nyaris satu abad Jam Gadang mengawal kita, tentu saatnya kita juga memberi bakti akan cinta kita kepada bangunan yang berada di dataran tinggi tersebut.
Menceritakan kembali sejarah Jam Gadang pada generasi muda secara terus menerus dan merawatnya secara berkala, adalah sebuah hal yang harus senantiasa dilakukan.
Sebab, Jam Gadang adalah simbol perlawanan dan kemerdekaan, Jam Gadang juga menjadi lokasi pengibaran bendera Merah Putih pertama kali di Bukittinggi setelah proklamasi kemerdekaan.Selain itu, Jam Gadang juga menjadi saksi tragedi pertempuran militer pada tahun 1958 dalam konflik antara Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan tentara pusat (APRI), yang mengakibatkan banyak korban jiwa di sekitar lokasi.
Dan jangan lupa, Jam Gadang juga merupakan simbol kebanggaan masyarakat Minangkabau dan salah satu destinasi wisata unggulan di Bukittinggi.
Karena itu, jangan sampai Jam Gadang hanya jadi saksi bisu akan sejarah besar Kota Bukittinggi. Jangan biarkan Jam Gadang merana dalam keramaian dan jangan jadikan Jam Gadang hanya sebatas simbol untuk dilihat dan dipandang namun kita abai dengan perjalanan waktu yang telah dilaluinya.
Editor : Hamriadi, S. Sos., S. TSumber : Tedi