Dikutip dari AKSI.CO, penyebab utama terjadinya banjir di Sumatra adalah deforestasi dan kerusakan hutan yang masif. Sumatera mengalami tingkat deforestasi tertinggi di Indonesia dalam dua dekade terakhir.
Hutan yang seharusnya menjadi penyerap air kini berubah menjadi area perkebunan monokultur seperti kelapa sawit, akasia, dan tanaman industri lainnya. Alhasil, daya serap tanah menurun drastis.Terlihat sisa aktivitas beberapa oknum menebang dan merusak pohon-pohon yang ada, dengan tujuan untuk menjadikan hutan Sumatra menjadi kebun sawit.
Sangat disayangkan hanya beberapa oknum yang merusak hutan, orang yang tidak bersalah ikut merasakan dampaknya. Tidak hanya masyarakat lokal, hewan yang tinggal di hutan juga kehilangan tempat tinggal dan sumber makanan.
Banjir yang terjadi di Sumatra bukan hanya membawa air dan berbatuan saja, tetapi juga membawa kayu gelondongan yang jumlahnya tidak sedikit.
Apakah terbawanya kayu-kayu ini karena pohonnya memang sudah lapuk?
Jika dilihat dari ukuran dan bentuknya, kayu-kayu pohon ini terlihat merupakan bekas penebangan. Tidak mungkin rasanya secara alami bisa sama ukuran dan bentuknya juga rapi.
Selain itu juga ditemukan stempel dan angka yang ditulis di beberapa bagian kayu pohon. Angka-angka itu menandakan urutan pohon yang sudah ditebang oleh oknum pemerintah. Hutan yang umurnya lebih tua bahkan sebelum Indonesia merdeka, rusak begitu saja oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.Jika pohon-pohon ini habis ditebang, maka tidak ada yang bisa menahan air di lereng bukit. Sehingga saat hujan ekstrim turun, karena pohon tidak ada maka air langsung mengalir turun ke permukaan tanah yang miring sehingga mudah membawa material yang ada. Hal inilah terjadi banjir dan longsor dalam waktu yang bersamaan yang terbawa kayu gelondongan yang habis ditebang.
Banjir dan longsor yang melanda wilayah di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat sudah banyak menelan korban jiwa. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terus memperbarui data dampak bencana banjir bandang-tanah longsor yang melanda wilayah Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat di pekan akhir bulan November 2025.
Mengutip data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Dashboard Penanganan Darurat Banjir dan Longsor Provinsi Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat tahun 2025, pada Rabu (3/12/2025, pukul 15.33 WIB), terkonfirmasi jumlah korban meninggal 811 orang. Sementara, masih ada 623 orang yang dilaporkan hilang dan sekitar 2.600 an orang luka akibat terjangan banjir bandang dan tanah longsor.