Banjir Bandang Susulan Terjang Sungai Batang, Rumah dan Sekolah Rusak, Warga Terpaksa Gotong Royong

×

Banjir Bandang Susulan Terjang Sungai Batang, Rumah dan Sekolah Rusak, Warga Terpaksa Gotong Royong

Bagikan berita
Terlihat sejumlah warga di daerah Sungai Batang Kabupaten Agam goro bersihkan meterial batu dan kayu pascabanjir susulan melada, Selasa (16/12/2025) malam. Foto Anizur.
Terlihat sejumlah warga di daerah Sungai Batang Kabupaten Agam goro bersihkan meterial batu dan kayu pascabanjir susulan melada, Selasa (16/12/2025) malam. Foto Anizur.

KABUPATEN AGAM -- Banjir bandang susulan melanda Jorong Labuah, Nagari Sungai Batang, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Selasa (16/12/2025) malam.

Banjir Susulan. Foto Anizur
Banjir Susulan. Foto Anizur

Peristiwa yang terjadi sekitar pukul 19.00 WIB itu memperparah kerusakan permukiman warga akibat banjir sebelumnya.

Meski tidak ada rumah yang hanyut, dua unit rumah warga yang sebelumnya mengalami kerusakan ringan kini dilaporkan rusak berat. Banjir susulan dipicu hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut sejak siang hingga malam hari.

Luapan Sungai Batang Kumayo kembali membawa material banjir berupa lumpur, batu, dan kayu yang sebelumnya mengendap di kawasan permukiman. Material tersebut terseret arus deras dan langsung menghantam rumah warga serta fasilitas umum.

“Material banjir yang sebelumnya menumpuk kini hanyut semua. Karena endapannya tinggi, posisi kampung jadi lebih rendah seperti cekungan,” kata Rudi Yudistira, warga Sungai Batang, Rabu (17/12/2025).

Ia menjelaskan, kondisi tersebut membuat air dan lumpur dengan mudah masuk ke rumah warga saat debit sungai meningkat. Selain permukiman, banjir bandang juga berdampak pada SD Negeri 14 Labuah yang dipenuhi lumpur dan bebatuan.

Menurut Rudi, warga masih diliputi rasa cemas karena setiap hujan, meski singkat, debit Sungai Batang Kumayo langsung naik dan mengancam keselamatan permukiman.

“Kalau material ini tidak segera dievakuasi dan sungai dinormalisasi, hujan sebentar saja bisa berakibat fatal,” ujarnya.

Saat ini, upaya penanganan baru dilakukan dengan mengerahkan dua unit alat berat yang bekerja di bagian hilir sungai. Namun, jumlah tersebut dinilai belum memadai untuk mempercepat proses normalisasi aliran sungai.

Rudi menyebutkan, sedikitnya dibutuhkan lima unit alat berat agar pekerjaan penanganan bisa berjalan optimal, mengingat intensitas hujan di wilayah tersebut masih cukup tinggi.

Editor : Hamriadi, S. Sos., S. T
Bagikan

Berita Terkait
Terkini