“Airnya hitam sekali, dekat cuma sekitar 50 meter,” ujar Adeni.
Melihat situasi seperti itu, ia pun panik, kemudian bergegas ke dalam kamar, meraih anak-anak dan menggendong si bungsu.
Sebelum sempat keluar rumah, gelombang pertama sudah menghantam. Rumah mereka luluh lantak dalam sekejap.
“Saya, istri, ketiga anak saya, dan mertua terseret dalam gulungan air bercampur batu besar serta pohon kayu,” terang Adeni.
“Di tengah arus yang mengamuk, anak-anak terlepas dari pelukan saya,”
“Saya berusaha menarik mereka, tapi airnya kuat sekali. Saya tidak sanggup menolong mereka,” ucapnya dengan suara sangat pelan.Adeni hanyut ratusan meter, lalu tersangkut di antara tumpukan kayu besar. Tubuhnya tidak bisa digerakkan.
“Saya kira kaki saya patah, tidak ada rasa sama sekali,” katanya.
Adeni hanyut ratusan meter sebelum tubuhnya tersangkut di antara tumpukan kayu besar.
Dalam keadaan nyaris tak sadarkan diri, ia perlahan berusaha menggerakkan tubuhnya.
Editor : Hamriadi, S. Sos., S. T

