KABUPATEN AGAM -- Jumlah pengungsi korban banjir bandang dan longsor di Kabupaten Agam terus bertambah. Data terbaru pada Kamis (11/12/2025) pukul 20.00 WIB mencatat total 4.298 jiwa yang kini terpaksa meninggalkan rumah mereka dan tersebar di puluhan titik pengungsian di lima kecamatan.
Angka tersebut berasal dari keluarga terdampak di Palembayan, Palupuah, Tanjung Raya, IV Koto, hingga Matur, wilayah yang mengalami kerusakan paling masif.
Kepala Dinas Kominfo Agam, Roza Syafdefianti, mengatakan jumlah pengungsi masih mungkin bertambah karena proses evakuasi warga dari daerah terisolasi terus dilakukan.
“Ada beberapa jorong yang aksesnya baru terbuka hari ini, sehingga pendataan ulang masih berjalan. Kami perkirakan jumlah pengungsi bisa meningkat dalam 24 jam ke depan,” kata Roza saat dikonfirmasi, Kamis malam.
Kecamatan Palembayan menjadi wilayah dengan jumlah pengungsi terbanyak, mencapai 398 kepala keluarga dari Jorong Kayu Pasak, Kayu Pasak Timur, Kayu Pasak Selatan, Ngungun, Gumarang, Silungkang, hingga Tantaman. Banyak warga mengungsi ke masjid, mushola, rumah keluarga, dan pos darurat setempat. Kondisi serupa juga terlihat di Subarang Aia, lokasi yang sebelumnya menjadi titik paling parah terdampak galodo.
Di Kecamatan Palupuah, tercatat 37 jiwa mengungsi di Nagari Pasia Laweh dan 50 jiwa dari Nagari Pagadih. Sementara itu, Kecamatan Tanjung Raya mencatat sebaran pengungsi yang sangat luas, termasuk di Masjid Jamiak Nurul Huda, Masjid Alkarim, Kantor Wali Nagari, Linggar Park, hingga sejumlah rumah ibadah dan fasilitas pendidikan. Data sementara menunjukkan ribuan warga berada di titik-titik ini, termasuk 775 jiwa di Nagari Sungai Rangeh dan 920 jiwa di Jorong Tanjung Sani.
Roza menyebut penanganan pengungsi menjadi fokus utama pemerintah daerah setelah evakuasi korban dilakukan.“Kami sedang memastikan kebutuhan dasar benar-benar tercukupi, mulai dari tenda, makanan siap saji, air bersih, alat kebersihan, hingga layanan trauma healing. Beberapa posko memang masih kekurangan logistik karena akses distribusi terhambat,” ujarnya.
Kecamatan IV Koto dan Matur juga melaporkan penambahan titik pengungsian, dengan ratusan warga tinggal sementara di kantor KAN, balai adat, rumah masyarakat, mushola, hingga pesantren.
Menurut Roza, sebagian pengungsi memilih tinggal di rumah keluarga karena tenda darurat di beberapa lokasi belum mencukupi.
Editor : Hamriadi, S. Sos., S. T

