KABUPATEN AGAM -- Petani keramba jaring apung (KJA) di Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, mengalami kerugian puluhan miliar rupiah akibat kematian massal ikan yang dipicu cuaca ekstrem dan bencana hidrometeorologi.
Hujan lebat disertai angin kencang yang terjadi sejak November 2025 memicu peristiwa pembalikan massa air (upwelling) di Danau Maninjau, Kecamatan Tanjung Raya. Akibatnya, ikan nila di keramba kekurangan oksigen dan mati secara massal.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Agam, Rosva Deswira, S.Pi., M.Si., mengatakan upwelling menyebabkan air dingin dari dasar danau yang miskin oksigen serta mengandung gas beracun naik ke permukaan.
“Cuaca ekstrem memicu upwelling sehingga oksigen di perairan menurun drastis dan ikan di KJA tidak mampu bertahan,” kata Rosva, Jumat (19/12/2025).
Ia menyebutkan, kematian ikan terjadi di sejumlah nagari di sekitar Danau Maninjau, yakni Sungai Batang, Tanjung Sani, Duo Koto, Maninjau, dan Koto Gadang Anam Koto.
Berdasarkan pendataan sementara, total ikan nila yang mati mencapai 1.428,73 ton dengan nilai kerugian ekonomi diperkirakan sebesar Rp 32,86 miliar.“Kerugian ini sangat dirasakan petani keramba karena ikan merupakan sumber penghidupan utama masyarakat di sekitar danau,” ujarnya.
Rosva menambahkan, kondisi lingkungan danau yang tertekan akibat jumlah KJA yang melebihi daya tampung turut memperparah dampak upwelling. Penumpukan sisa pakan dan kotoran ikan di dasar danau memperburuk kualitas air dan meningkatkan kandungan gas berbahaya.
Untuk mencegah kejadian serupa, pemerintah daerah telah menyampaikan surat edaran, imbauan, dan melakukan sosialisasi terkait pencegahan serta penanggulangan kematian ikan KJA yang berdampak pada ekosistem Danau Maninjau.
“Pengelolaan KJA harus lebih terkendali agar lingkungan danau tetap lestari dan petani tidak terus dirugikan,” kata Rosva.
Editor : Hamriadi, S. Sos., S. T