Secara terpisah, langkanya air bersih di tengah masyarakat korban bencana, juga diakui Ketua PDI Perjuangan Kota Padang, Albert Hendra Lukman.
Berharap akan tersedia air bersih dari 5 aliran sungai utama yang melintasi ibu kota provinsi Sumatera Barat yakni, Batang (sungai) Arau, Kuranji, Tarung, Kandis dan Lagan dengan 16 sungai kecil yang jadi anak sungainya, juga nyaris tak mungkin.
Samahalnya dengan di Kabupaten Pesisir Selatan, kondisi sungai-sungai di Kota Padang juga dalam kondisi keruh dan berlumpur. Jika hujan turun di hulu, airnya makin keruh disertai aneka jenis kayu yang ikut hanyut.
Air sungai yang keruh ini, juga telah membuat jaringan intake PDAM Padang tertimbun lumpur kembali sehingga mengganggu proses produksi air yang akan memenuhi kebutuhan warga kota.
Nyaris setiap hari, ungkap anggota DPRD Sumbar itu, terhentinya produksi air bersih PDAM serta air sungai yang terus keruh selang 14 hari pascakejadian banjir, membuat permintaan air bersih tak kunjung berhenti.
“Warga bahkan ada yang menawar, bersedia membayar ratusan ribu rupiah untuk 1 tandon air ukuran 1200 liter yang kita bagikan gratis itu,” ungkap Albert.
“Ini adalah salah satu dampak bencana hidrometeorologi yang tak kasat mata, namun nyata terjadi di tengah korban bencana,” ungkap Albert tentang dinamika berbagi air bersih gratis yang terjadi di lapangan.Dijelaskan Albert, sejak berbagi air bersih ini digelar tanggal 3 Desember 2025 lalu, program ini terus berlanjut hingga hari ini.
Pendistribusian air dilakukan dengan mobil pickup yang membawa tandon air. Jika beruntung, dilakukan dengan cara menyewa truk tangki dengan kapasitas 5 ribu liter bahkan lebih.
“Distribusi air bersih ini dilakukan sesuai permintaan yang masuk pada Posko Darurat Banjir di kantor DPC PDI Perjuangan Kota Padang, kawasan Ulak Karang. Dimanapun lokasinya, air kami usahakan dikirim memenuhi permintaan warga terdampak bencana,” ungkap Albert.
Editor : Mangindo Kayo