KABUPATEN AGAM -- Korban jiwa akibat rangkaian banjir bandang, galodo, dan longsor yang menerjang Kabupaten Agam sejak akhir November terus bertambah. Data resmi BPBD Agam per 9 Desember 2025 pukul 20.00 WIB mencatat 188 warga meninggal dunia dan 72 orang masih hilang. Pemerintah menyebut kondisi ini sebagai salah satu bencana terbesar di Sumatera Barat dalam beberapa tahun terakhir.
Korban paling banyak ditemukan di Kecamatan Palembayan, dengan total 139 warga meninggal dan 53 orang masih belum ditemukan. Titik terparah berada di Jorong Subarang Aia, Nagari Salareh Aia Timur, di mana tercatat 36 korban meninggal dan 39 orang hilang. Puluhan korban lainnya juga ditemukan di wilayah Koto Alam, Kayu Pasak, Kampuang Tangah Barat, dan Kampuang Tangah Timur, yang mengalami kerusakan terberat akibat terjangan galodo.
Bencana juga memakan korban di kecamatan lain. Di Malalak, banjir bandang menewaskan 14 warga dan 3 lainnya hilang. Di Tanjung Raya, lima korban ditemukan meninggal di Jorong Labuah, Nagari Sungai Batang, sementara korban lain ditemukan di Dalko, Bancah, dan Koto Kaciak. Longsor di Palupuah juga menewaskan satu warga, serta seorang warga hanyut di Lubuk Basung.
Total kumulatif korban jiwa kini berada di angka 188 meninggal, dengan 72 orang masih dalam pencarian, tersebar di setidaknya 17 lokasi bencana.
Kepala Dinas Kominfo Agam, Roza Syafdefianti, mengatakan sebagian besar korban ditemukan dalam kondisi tertimbun material galodo seperti lumpur setebal 1-2 meter, batu besar, dan kayu gelondongan.
“Banyak korban ditemukan di bawah material berat. Proses evakuasi sangat sulit, bahkan beberapa lokasi tidak bisa dimasuki alat berat karena medan ekstrem,” ujar Roza, Rabu (10/12/2025).Ia menambahkan, cuaca yang masih tidak menentu dan potensi longsor susulan membuat proses pencarian berjalan sangat hati-hati.
“Tim SAR harus menghentikan pencarian ketika hujan deras turun. Keselamatan petugas juga menjadi prioritas. Namun pencarian tidak pernah berhenti, baik oleh tim resmi maupun bantuan relawan dan warga,” katanya.
Roza mengakui bahwa peluang menemukan korban selamat semakin kecil mengingat bencana sudah berlangsung lebih dari 10 hari.
“Kami realistis, tapi tetap berupaya maksimal. Keluarga korban masih menunggu dengan harap-harap cemas. Ini tragedi kemanusiaan besar bagi Kabupaten Agam,” ujarnya.
Editor : Hamriadi, S. Sos., S. T

